INFEKSI PADA JANTUNG: PERIKARDITIS
oleh
kelompok 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Epidemiologi
Epidemiologi
pada kejadian perikarditis sering terjadi
tanpa adanya gejala klinis. Lorell mencatat
diagnosis perikarditis akut terjadi
sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah
sakit, terdiri dari 1% dari kunjungan
ruang gawat darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi. Bahkan kejadian perikardial
akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada trauma dada
tumpul.
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun terakhir spektrum
klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di Amerika Serikat
sekitar 9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara
konstriktif. Frekuensi itu bergantung
pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya
secara klinis didiagnosis pada 1 dari 1.000
pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan frekuensi
diagnosis perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah
sakit (Sidney,
2010).
1.2
Anatomi
Fisiologi terkait Kasus
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar
yang merupakan selaput pembungkkus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung.
Perikardium viseral merupakan membran serosa
bersama-sama dengan perikardium parietalis membentuk cavum perikardium yang
berisikan ultrafiltrate of plasma dalam jumlah yang kecil yaitu sekitar
15-50 ml. Dalam keadaan yang normal perikardium mencegah dilatasi dengan tiba-tiba
dari ruang jantung pada saat melaksanakan tugasnya. Perikardium juga membatasi posisi
anatomi dari jantung, meminimalkan friction (suara gesekan lapisan pleura) antara
jantung dan struktur-struktur yang mengelilinginya, mencegah displacement dari
jantung dan kekakuan dari pembuluh darah besar dan mungkin mencegah penyebaran
infeksi dari paru-paru dan cavum pleura ke jantung.
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1
Definisi
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran
tipis yang mengelilingi jantung) (H. Winter Griffith M.D, 1994). Perikarditis
adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau kedua-duanya (Arif
Mansjoer, 2000). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietalis,
viseralis dan keduanya. Respons perikardium terhadap peradangan bervariasi dari
akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi
jaringan fibrosa, pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi dari reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah sebabnya manifestasi
klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai yang khas
(Sudoyo,2009). Jadi kesimpulannya perikarditis adalah peradangan lapisan paling
luar jantung baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah peradangan pada
perikardium (kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering
menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan menghasilkan
darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi rongga
pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu
peradangan perikardium (kantung
jantung) yang menyebabkan penimbunan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi
secara bertahap serta berlangsung lama. Perikarditis kronis konstriktif adalah suatu penyakit yang terjadi
karena ada penebalan pada perikardium akibat adanya inflamasi yang terjadi
sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya curah jantung menurun
dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6
minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih dari enam 6 bulan.
Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis
kronis dan perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi
Perikarditis
|
Klasifikasi
Etiologis
|
||
Perikarditis akut <6 minggu
|
Fibrinosa
|
Perikarditis infeksiosa
|
Virus pirogenik, tuberculosis,
mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
|
Perikarditis kronis >6 minggu
|
Konstruktif efusi
|
Prikarditis
non-infeksiosa
|
Infark
miokardium akut, uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif), neoplasia: tumor primer dan tumor metastasis, miksedema (keadaan lebih
lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah berkurang), kolesterol, kiloperikardium, trauma: luka tembus dinding dada, aneurisma aorta (Aneurisma Aorta merupakan
dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi, dan permanen
(irreversible)) dengan
kebocoran ke dalam kantong perikardium pasca
radiasi, cacat sekat atrium, perikarditis familial: mulberry aneurysm,
idiopatik akut (biduran).
|
Perikarditis
kronik konstruktif >6 minggu
|
|
Hipersensitivitas
atau autoimun
|
Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma,
akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera kardiak.
|
Sumber: Haq (2011)
Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan gambar
adalah sebagai berikut.
Sumber:
http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html
Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak
jelas. Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan akibat
tekanan cairan
yang masuk pada lapisan perikardium.
2.2
Etiologi Perikarditis
Etiologi perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai
berikut.
2.2.1
Perikarditis Akut
Perikarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi
virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan studi pada anak-anak dari tahun
1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie, tetapi data
terakhir menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh adalah
virus Sitomegalo, virus Herpes, dan HIV. Adapun bakteri paling
umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri Pneumococcus
dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis masih merupakan
penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain
itu penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
a.
Idiopatik (biduran);
b.
trauma;
c.
sindrom paska infark miokard;
d.
uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif);
e.
sindrom paska perikardiotomi;
f.
neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang
terjadi ketika sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati
ketika mereka seharusnya)
2.2.2
Perikarditis
kronis
Pada umumnya penyebab
perikarditis kronis tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker,
tuberkulosis atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah
penyebab terbanyak dari perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini
kasusu tersebut hanya tinggal 2%. Selain
itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu sebagai berikut:
a.
operasi jantung sebelumnya;
b.
radiasi dada;
c.
pasca infark yang luas;
d.
sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya
granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan
lainnya);
e.
trauma dada;
f.
infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie
virus) atau kronis (Tuberculosis).
2.3
Patofisiologi Perikarditis
Patofisiologi perikarditis bermula dari adanya
proses peradangan yang diakibatkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri yang dapat
menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga perikardium dan dapat
menimbulkan kenaikan tekanan intrakardial. Kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi
daya kontraksi jantung, sehingga akhirnya dapat menimbulkan proses fibrotik dan
penebalan perikardial, setelah lama kelamaan maka akan terjadi kontriksi perikardial
dengan pembentukan cairan, jika berlangsung secara kronis maka akan menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
fibrosa yang berlebihan dalam suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses
reparatif atau reaktif). Adapun patofisiologis secara garis besar adalah
sebagai berikut.
Virus
|
Bakteri
|
Trauma
|
inflamasi perikardium
penumpukan cairan efusi
peningkatan tekanan
intrakardial
daya kerja jantung terganggu
proses febrotik
Penebalan periakardial
kontriksi perikardial
fibrosis paru
2.4
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada
perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.4.1
Manifestasi
Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut
adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat
ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, edema kaki
dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan
di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai
gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)).
Gambaran EKG perikarditis adalah sebagai berikut.
2.4.2
Manifestasi
Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi
klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada vena
paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara), dan kelelahan (karena
kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa
nyeri dan bisa terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa
seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri
koroner atau penyakit katup jantung.
2.4.3
Manifestasi
Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis
kronik konstruktif adalah keluhan berupa rasa lelah,
lemah, dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh
adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan
vena jugularis, bunyi jantung melemah, dapat terdengar perikardial knock,
pulsus paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama inspirasi),
hepatosplenomegali,
ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum) dan edema.
2.5
Prosedur Diagnostik
Produser diagnostik
perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.5.1
Perikarditis Akut
Pada perikarditis akut, pemeriksaan
EKG ditemukan elevasi segmen ST, depresi segmen PR dan sinus takikardia, dan setelah
beberapa waktu dapat ditemukan inversi gelombang T. Sebagai komplikasi dapat ditemukan aritmia supraventrikular,
termasuk vibrilasi atrium. Foto thoraks tampak normal bila efusi perikard hanya
sedikit, tetapi bila banyak dapat terlihat
bayangan jantung membesar seperti botol air. Adanya inflamasi dapat diketahui
dari peningkatan LED dan leukositosis. Pemeriksaan lain dilakukan atas dasar
indikasi bila terdapat kecurigaan mengenai etiologinya, misalnya test
tuberkulin.
2.5.2
Perikarditis Kronis
Untuk memperkuat diagnosis perikarditis kronis dilakukan 2
prosedur. Dua prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Kateterisasi jantung
Katerisasi
jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di dalam bilik jantung dan pembuluh
darah utama.
2.
MRI scan atau CT scan
CT scan digunakan untuk mengukur ketebalan perikardium.
Dalam keadaan normal, tebal perikardium kurang dari 0,3 cm, tetapi pada
perikarditis konstriktif kronis tebalnya mencapai 0,6 cm atau lebih.
2.5.3
Perikarditis
Kronik Konstriktif
Pada perikarditis konstruktif,
pemeriksaan EKG memperlihatkan penurunan voltase pada lead di ekstremitas. Foto
thoraks menunjukkan klasifikasi perikardium, kadang dapat terlihat kardiomegali.
Dengan Ekokardigrafi dapat dideteksi penebalan yang terjadi namun sulit. Untuk
memastikan diagnosis dapat dilakukan kateterisasi jantung kiri dan kanan.
2.6
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
medis perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.6.1 Penatalaksanan Medis
Perikarditis Akut
Terapi
pada perikarditis akut bergantung dari penyebabnya. Misalnya diberikan
salisilat atau obat anti-inflamasi non-steroid lain bila penyebabnya virus atau
idiopatik. Bila gejala tidak membaik, dapat diberikan kortikosteroid.
Sebagian besar kasus sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Sebagian kambuh kembali dan hanya sedikit yang menjadi
kronik serta jarang yang menjadi perikarditis
kronik konstriktif bila berasal dari virus atau idiopatik.
2.6.2
Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Pemberian obat diuretik (obat yang membuang
kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi
jika dilakukan pembedahan perikardiektomi untuk mengangkat
perikardium.
2.6.3
Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Konstriktif
Perikardioektomi
adalah satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
perikarditis kronik konstruktif. Perikardiektomi dilakukan
untuk memperbaiki hemodinamik yang abnormal dan terbukti menghasilkan perbaikan
klinis. Operasi perikardioektomi dapat dilakukan melalui 2 insisi yaitu sebagai
berikut.
1.
Sternotomi mediana
yaitu insisi sternotomi memberikan
paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan
bila akan dilakukan cardiopulmonary bypass.
2.
Torakotomi (torakotomi
anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral) yaitu memberikan paparan
yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.
BAB
3. ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA :
DENGAN DIAGNOSA
MEDIS :
DI :
TANGGAL :
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a.
Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Jenis Kelamin :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Medis :
b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Hub. Dengan Pasien
:
Pekerjaan :
Alamat :
2.
Status Kesehatan
a. Status
Kesehatan Saat Ini
1)
Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2)
Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
3)
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b.
Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah
dialami
2) Pernah dirawat
3) Alergi
4) Kebiasaan
(merokok/kopi/alkohol dll)
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
d.
Diagnosa Medis dan therapy
3.
Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
b. Pola
Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Saat sakit :
c. Pola Eliminasi
1)
BAB
Sebelum
sakit :
Saat
sakit :
2)
BAK
Sebelum sakit :
Saat sakit :
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan
Perawatan Diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan dan
minum
|
|||||
Mandi
|
|||||
Toileting
|
|||||
Berpakaian
|
|||||
Berpindah
|
|||||
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang
lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
e. Pola kognitif dan Persepsi
f. Pola Persepsi-Konsep diri
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
Saat sakit :
h.
Pola Peran-Hubungan
i. Pola
Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
j.
Pola Toleransi Stress-Koping
k.
Pola Nilai-Kepercayaan
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : ……………………………………….
(Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma)
GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata
:……………..
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = ……… ,
Suhu =…………. , TD =…………, RR =………
c. Keadaan fisik
a.
Kepala dan leher :
b.
Dada :
· Paru
· Jantung
c.
Payudara dan ketiak :
d.
abdomen :
e.
Genetalia :
f.
Integumen :
g.
Ekstremitas :
·
Atas
·
Bawah
h.
Neurologis :
· Status mental dan emosi :
·
Pengkajian saraf kranial :
·
Pemeriksaan refleks :
b.
Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
2.
Pemeriksaan radiologi
3.
Hasil konsultasi
4.
Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Diagnosa yang dapat diangkat pada
penyakit perikarditis adalah sebagai berikut:
1. pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan sesak nafas;
2. nyeri kronis berhubungan dengan iskemia
miokard;
3. intoleransi aktifitas berhubungan dengan
sesak nafas;
4. ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis);
5. ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan;
6. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
ANALISA DATA
3.3 Rencana Keperawatan
|
|
||||||
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1
|
Dx 1
|
1.
Pasien
menunjukkan pola nafas efektif. Dibuktikan dengan status pernafasan yang
tidak berbahaya.
2.
Menunjukkan
status pernafasan: ventilasi tidak terganggu ditandai dengan indikator
kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada, dan nafas pendek tidak ada.
|
1.
Posisikan
pasien semi fowler.
2.
Pantau
adanya pucat dan sianosis.
3.
Pantau
kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
4.
Pantau
peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
5.
Informasikan
pada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi.
6.
Diskusikan
menganai perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda
dan gejala komplikasi.
7.
Rujuk
pada ahli pernafasan
|
1. Untuk membuka jalan napas pasien sehingga lebih muda
untuk bernapas.
2. Untuk mengetahui adanya tingkat keparahan sesak
napas.
3. Membantu menentukan dera jat dekompensasi jantung
dan pulmonal.
4. Untuk mengetahui respon individu terhadap penyakit
sesak napas yang dirasakan.
5. Untuk meringankan tingkat kecemasan pada klien
6. Agar pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan secara mandiri
dengan baik
7. Agar pasien
mendapat pelayanan perawatan yang maksimal yaitu untuk
memastikan keadaan fungsi ventilator mekanis.
|
|||
2.
|
Dx 2
|
Pasien mampu menunjukkan tingkat nyeri, yang
dibuktikan dengan indicator pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara
verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak
ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan
frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan.
|
1.
Jelaskan pada pasien penyebab
nyeri.
2.
Lakukan teknik non
farmakologi (relaksasi).
3.
Bantu pasien dalam
mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima.
4.
Tingkatkan istirahat atau tidur
yang adekuat untuk mengurangi nyeri.
|
1.
Penjelasan pada pasien mengenai
penyebab nyeri, dapat digunakan sebagai pendidikan kesehatan sehingga pasien
mampu mengatasi nyeri secara mandiri.
2.
Pemberian teknik non farmakologi
dapat mengurangi rasa nyeri, baik dari segi fisik maupun emosional pasien.
3.
Mengetahui skala nyeri yang
dirasakan oleh pasien, serta agar dapat menentukan terapi apa yang akan
diberikan kepada pasien
4.
Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh pasien
|
|||
3.
|
Dx 3.
|
Pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas dengan ditandai
pasien dapat menghemat energi (menyeimbangkan antara aktivitas dan
istirahat), dan melakukan aktivitas sehari-hari.
|
1.
Kaji respon
emosi, sosial dan spiritual pasien.
2.
Tentukan penyebab
keletihan pasien.
3.
Pantau respon
cardiorespiratory terhadap aktivitas.
4.
Pantau asupan
nutrisi pasien.
5.
Ajarkan
mengenai pengaturan penggunaan energy
6.
Ajarkan
teknik relaksasi.
7.
Elaborasi
dengan tim dokter dan farmasi dengan memberikan obat nyeri pada saat sebelum
beraktivitas.
|
1.
Koping emosional diakibatkan oleh
potensial penyakit yang mengancam hidup. Dorongan dan dukungan akan
diperlukan untuk mengatasi frustasi terhadap tinggal tinggal di rumah sakit
yang lama.
2.
Untuk mengetahui tindakan apa
yang akan dilakukan agar keletihan tersebut dapat teratasi.
3.
Hh
4.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
yang adekuat
5.
memastikan
keadekuatan sumber energi
6.
Untuk
mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
7.
Untuk
mengoptimalkan perawatan pasien yaitu dengan pemberian dosis dan takaran
yangbenar.
|
|||
4.
|
Dx 4
|
Pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan,
dibuktikan dengan idikator pasien dapat menghindari sumber ketakutan bila
mungkin, dapat mengendalikan respon ketakutan, dan melaporkan penurunan
durasi pada setiap episode.
|
1.
Jelaskan pada pasien tentang
proses penyakit, pemeriksaan dan pengobatan.
2.
Kaji respon ketakutan pasien baik
secara subjektif maupun objektif.
3.
Nilai pemahaman pasien terkait
dengan proses penyakit.
4.
Kaji kebutuhan pasien akan
layanan sosial atau intervensi psikiatrik.
5.
Diskusikan dnegan dokter terkait
ketakutan paasien.
6.
Lakukan penguatan positif baik
verbal maupun non verbal pada pasien.
7.
Dampingi pasien dalam situasi
yang baru.
8.
Jauhkan sumber ketakutan pasien
apabila memungkinkan.
9.
Libatkan peran keluarga untuk
mengurangi ketakutan pasien.
10.
Lakukan pendekatan pada pasien
untuk pengungkapan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal.
|
1.
Agar pasien dapat memahami
tentang penyakit yang diderita sehingga dapat menurunkan tingkat ketakutan
pasien
2.
Untuk mengetahui tingkat
ketakutan yang dialami oleh pasien
3.
Untuk mengetahui seberapa jauh
pasien memahami tentang penyakit yang di deritanya
4.
Agar perawat dapat mengetahui
perlu atau tidaknya pasien diberikan intervensi psikiatrik
5.
Agar ketakutan pasien dapatdiatasi
dengan cepat
6.
Untuk mengurangi rasa takut yang
dialami oleh pasien dan meningkatkan perasaan tenang dan pemikiran positif
7.
Agar pasien merasa tidak ketakutan dengan
situasi baru tersebut
8.
Untuk mengurangi tingkat
ketakutan yang dialami pasien
9.
Agar pasien merasa mendapatkan
perlindungan sehingga ketakutan pasien dapat teratasi
10.Agar pasien
terbuka dan mengungkapkan semua pera saan yang dirasakannya. Sehingga
diharapkan hal tersebut dapat menurunkan tingkat ketakutan pada pasien akibat
stimulus pobia.
|
|||
5.
|
Dx 5
|
Pasien menunjukkan status gizi (asupan makanan, cairan, dan zat gizi)
baik dengan indikator nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.
|
1. Pantau
kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan pasien.
2. Timbang
berat badan dan tinggi badan pasien.
3. Ajarkan
pada pasien atau keluarga mengenai makanan yang bergizi dan murah.
4. Berikan
informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
5. Berikan
lingkungan yang naymana pada saat pasien makan.
6.
Atur posisi pasien semi fowler
atau fowler
7. Diskusikan
dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan
ketidakadekuatan asupan protein.
8. Diskusikan
dengan dokter mengenai kebutuhan stimulasi nafsu makan.
|
1.
Untuk mengetahui kea daan nutrisi
pasien saat ini
2.
Untuk mengetahui adanya penurunan
atau penam bahan berat badan pada
pasien sehingga perawat mengetahui adanya penu runan atau peningkatan statusnutrisi
pasien.
3.
Dengan mngajarkan kepada keluarga
atau pasien, maka mereka akan tahu makanan apa saja yang bergizi dan nantinya
diharapkan ketika dirumah mereka dapat mengaplikasikannya sehingga nutrisi
pasien terpenuhi.
4.
Agar terjadi peningkatan status
nutrisi pada pasien
5.
Untuk meningkatkan nafsu makan
pasien sehingga kebutuhan nutrisi akan terpenuhi denganbaik
6.
untuk memudahkan menelan dan
berikan posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi.
7.
Agar pasien mendapatkan pelayanan
yang lebih baik sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
8.
Agar kebutuhannutisi pasien dapat
terpenuhi dengan baik.
|
|||
6.
|
Dx 6
|
Pasien menunjukkan
pengetahuannya tentang penyakit perikarditis yang dibuktikan dengan pemahaman
penjelasan mengenai penyakit dan pelaksanaan aktivitas untuk mencegahan diri.
|
1. Kaji umpan balik pasien
2. Berikan informasi me ngenai penyakit peri karditis.
3. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien mengenai
perikarditis.
4. Berinteraksi pada pasien dengan cara tidak
menghakimi untuk memfasilitasi pemberian informasi
|
1. Untuk memastikan pasien memahami penyakit dan
penanganannya secara mandiri
2. Agar pasien dapat lebih memahami penyebab
khusus,pengobatan, efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi
inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukkan kekambuhan/ komplikasi
3. Agar perawat mengetahui tindakan yang harus
dilakukan terkait dengan tingkat pengetahuan palsien
4.
Agar pasien merasa nyaman saat
berinteraksi dan mengutarakan pertanyaan tentang penyakit yang diderita
|
|||
|
|
||||||
3.4 EVALUASI KEPERAWATAN
Adapun
evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.
pola nafas pasien efektif, dengan pasien menunjukkan
pasien mudah berbafas, tidak menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas
tambahan;
2.
nyeri kronis pasien teratasi, dengan pasien
menunjukkan pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non
verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan
ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan
lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan;
3.
intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien
menunjukkan adanya toleransi aktifitas sehari-hari;
4.
ketakutan pasien teratasi, dengan pasien
memperlihatkan pengendalian ketakutan;
5.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi, dengan pasien menunjukkan status gizi baik.;
6.
kurangnya pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien
menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis.
3.5 Discharge
planing
Setelah diberikan perawatan,
pasien dapat direncanakan untuk pemulangan apabila:
1.
nyeri hilang/terkontrol;
2.
mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk
memnuhi kebutuhan perawatan mandiri;
3.
infeksi teratasi/terkontrol;
4.
stabilitas hemodinamik dipertahankan;
5.
perubahan gaya hidup dilakukan untuk mencegah
kekambuhan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perikarditis adalah
peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral. Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan
perikarditis kronis, dan perikarditis
kronis
konstriktif. Penyebab dari ketiga
jenis perikarditis tersebut berbeda-beda. Penyebab dari perikarditis akut yaitu
Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis,
parasit). Sedangkan penyebab perikarditis kronis yaitu operasi jantung sebelumnya, radiasi dada, pasca infark yang luas, sarkoidosis, trauma dada, infeksi virus akut (Adenovirus
dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis). Kemudian penyebab dari perikarditis kronis konstriktif yaitu Demam rematik,
penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat
obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera kardiak. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dari ketiga jenis perikarditis tersebut
hampir sama yaitu dengan melakukan pemeriksaan EKG, kateterisasi jantung, dan MRI scan atau CT scan.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dalam makalah ini, diharapkan
perawat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit perikarditis. Sehinggga
dapat mencegah atau melakukan pengobatan penyakit tersebut dengan cepat da
tepat. Sedangkan bagi para pembaca, dapat memeberi pengetahuan tentang penyakit
tersebut dan mencegah meluasnya penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darma, Surya.
2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta : EGC.
Sidney,Darren. 2012. Constrictive pericarditis .(http://emedicine.medscape.com/article/157096-overview). Diakses tanggal 12 November 2012 pukul 7:57 WIB.
Sudoyo, Aru W.,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.