Minggu, 05 Mei 2013

ASKEP PADA PASIEN PERIKARDITIS








INFEKSI PADA JANTUNG: PERIKARDITIS








oleh
kelompok 4
         







PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Epidemiologi
          Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis. Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah sakit, terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi. Bahkan kejadian perikardial akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul.
          Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun terakhir spektrum klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar 9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstriktif. Frekuensi itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya secara klinis didiagnosis pada 1 dari 1.000 pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan frekuensi diagnosis perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah sakit (Sidney, 2010).

1.2  Anatomi Fisiologi terkait Kasus
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkkus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung.
Perikardium viseral merupakan membran serosa bersama-sama dengan perikardium parietalis membentuk cavum perikardium yang berisikan ultrafiltrate of plasma dalam jumlah yang kecil yaitu sekitar 15-50 ml. Dalam keadaan yang normal perikardium mencegah dilatasi dengan tiba-tiba dari ruang jantung pada saat melaksanakan tugasnya. Perikardium juga membatasi posisi anatomi dari jantung, meminimalkan friction (suara gesekan lapisan pleura) antara jantung dan struktur-struktur yang mengelilinginya, mencegah displacement dari jantung dan kekakuan dari pembuluh darah besar dan mungkin mencegah penyebaran infeksi dari paru-paru dan cavum pleura ke jantung.












BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1    Definisi
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang mengelilingi jantung) (H. Winter Griffith M.D, 1994). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietalis, viseralis dan keduanya. Respons perikardium terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi dari reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah sebabnya manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai yang khas (Sudoyo,2009). Jadi kesimpulannya perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis  kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium (kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi rongga pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu peradangan perikardium (kantung jantung) yang menyebabkan penimbunan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung lama. Perikarditis  kronis konstriktif adalah suatu penyakit yang terjadi karena ada penebalan pada perikardium akibat adanya inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya curah jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6 minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih  dari enam 6 bulan.
Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis dan perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Perikarditis
Klasifikasi Etiologis
Perikarditis akut <6 minggu
Fibrinosa
Perikarditis infeksiosa
Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Perikarditis kronis >6 minggu
Konstruktif efusi
Prikarditis non-infeksiosa
Infark miokardium akut, uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif), neoplasia: tumor primer dan tumor metastasis, miksedema (keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah berkurang), kolesterol, kiloperikardium, trauma: luka tembus dinding dada, aneurisma aorta (Aneurisma Aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi, dan permanen (irreversible)) dengan kebocoran ke dalam kantong perikardium pasca radiasi, cacat sekat atrium, perikarditis familial: mulberry aneurysm, idiopatik akut (biduran).
Perikarditis kronik konstruktif >6 minggu

Hipersensitivitas atau autoimun
Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera kardiak.
Sumber: Haq (2011)

            Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan gambar adalah sebagai berikut.
Sumber: http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html
            Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak jelas. Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang masuk pada lapisan perikardium.




2.2     Etiologi Perikarditis
Etiologi perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.2.1   Perikarditis Akut
Perikarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan studi pada anak-anak dari tahun 1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie, tetapi data terakhir menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh adalah virus Sitomegalo, virus Herpes, dan HIV. Adapun bakteri paling umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri Pneumococcus dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis masih merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain itu penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
a.         Idiopatik (biduran);
b.        trauma;
c.         sindrom paska infark miokard;
d.        uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif);
e.         sindrom paska perikardiotomi;
f.         neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka seharusnya)

2.2.2   Perikarditis kronis
Pada umumnya penyebab perikarditis kronis tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkulosis atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah penyebab terbanyak dari perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini kasusu tersebut hanya tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu sebagai berikut:
a.         operasi jantung sebelumnya;
b.        radiasi dada;
c.         pasca infark yang luas;
d.        sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya);
e.         trauma dada;
f.         infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis).

2.3     Patofisiologi Perikarditis
Patofisiologi perikarditis bermula dari adanya proses peradangan yang diakibatkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga perikardium dan dapat menimbulkan kenaikan tekanan intrakardial. Kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi jantung, sehingga akhirnya dapat menimbulkan proses fibrotik dan penebalan perikardial, setelah lama kelamaan maka akan terjadi kontriksi perikardial dengan pembentukan cairan, jika berlangsung secara kronis maka akan menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dalam suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses reparatif atau reaktif). Adapun patofisiologis secara garis besar adalah sebagai berikut.













Virus
Bakteri
Trauma
 
                                                                                               

inflamasi perikardium

penumpukan cairan efusi

                                         peningkatan tekanan intrakardial

daya kerja jantung terganggu

proses febrotik 

Penebalan periakardial

kontriksi perikardial

fibrosis paru


2.4         Manifestasi Klinis
          Manifestasi klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.4.1        Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)). Gambaran EKG perikarditis adalah sebagai berikut.

2.4.2   Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara),  dan kelelahan (karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung.

2.4.3        Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis kronik konstruktif adalah keluhan berupa rasa lelah, lemah, dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung melemah, dapat terdengar perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama inspirasi), hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum) dan edema.





2.5         Prosedur Diagnostik
Produser diagnostik perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.5.1        Perikarditis Akut
Pada perikarditis akut, pemeriksaan EKG ditemukan elevasi segmen ST, depresi segmen PR dan sinus takikardia, dan setelah beberapa waktu dapat ditemukan inversi gelombang T. Sebagai komplikasi dapat ditemukan aritmia supraventrikular, termasuk vibrilasi atrium. Foto thoraks tampak normal bila efusi perikard hanya sedikit, tetapi bila banyak dapat terlihat bayangan jantung membesar seperti botol air. Adanya inflamasi dapat diketahui dari peningkatan LED dan leukositosis. Pemeriksaan lain dilakukan atas dasar indikasi bila terdapat kecurigaan mengenai etiologinya, misalnya test tuberkulin.

2.5.2        Perikarditis Kronis
   Untuk memperkuat diagnosis perikarditis kronis dilakukan 2 prosedur. Dua prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di dalam bilik jantung dan pembuluh darah utama.

2.        MRI scan atau CT scan
CT scan digunakan untuk mengukur ketebalan perikardium. Dalam keadaan normal, tebal perikardium kurang dari 0,3 cm, tetapi pada perikarditis konstriktif kronis tebalnya mencapai 0,6 cm atau lebih.

2.5.3        Perikarditis Kronik Konstriktif
Pada perikarditis konstruktif, pemeriksaan EKG memperlihatkan penurunan voltase pada lead di ekstremitas. Foto thoraks menunjukkan klasifikasi perikardium, kadang dapat terlihat kardiomegali. Dengan Ekokardigrafi dapat dideteksi penebalan yang terjadi namun sulit. Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan kateterisasi jantung kiri dan kanan.
2.6     Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.6.1   Penatalaksanan Medis Perikarditis Akut
Terapi pada perikarditis akut bergantung dari penyebabnya. Misalnya diberikan salisilat atau obat anti-inflamasi non-steroid lain bila penyebabnya virus atau idiopatik. Bila gejala tidak membaik, dapat diberikan kortikosteroid. Sebagian besar kasus sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Sebagian kambuh kembali dan hanya sedikit yang menjadi kronik serta jarang yang menjadi perikarditis kronik konstriktif bila berasal dari virus atau idiopatik.

2.6.2   Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Pemberian obat diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan perikardiektomi untuk mengangkat perikardium.

2.6.3   Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis Konstriktif
Perikardioektomi adalah satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi perikarditis kronik konstruktif. Perikardiektomi dilakukan untuk memperbaiki hemodinamik yang abnormal dan terbukti menghasilkan perbaikan klinis. Operasi perikardioektomi dapat dilakukan melalui 2 insisi yaitu sebagai berikut.
1.        Sternotomi mediana yaitu  insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila akan dilakukan  cardiopulmonary bypass.
2.        Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral) yaitu memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.





BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON


ASUHAN KEPERAWATAN PADA        :
DENGAN DIAGNOSA MEDIS                 :
DI                                                                    :
TANGGAL                                                   :

I.       PENGKAJIAN
1.      Identitas
a.      Identitas
Nama                                              :
Umur                                               :
Agama                                            :
Jenis Kelamin                                  :
Status                                              :
Pendidikan                                      :
Pekerjaan                                        :
Suku Bangsa                                   :
Alamat                                            :
Tanggal Masuk                               :
Tanggal Pengkajian                         :
No. Register                                    :
Diagnosa Medis                              :


b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                              :
Umur                                                           :
Hub. Dengan Pasien                       :
Pekerjaan                                        :
Alamat                                :
2.      Status Kesehatan
a.      Status Kesehatan Saat Ini
1)      Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)

2)      Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

3)      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b.      Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami

2)      Pernah dirawat

3)      Alergi

4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

c.       Riwayat Penyakit Keluarga

d.      Diagnosa Medis dan therapy
3.      Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a.       Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
b.      Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit              :
Saat sakit                     :

c.    Pola Eliminasi
1)   BAB
Sebelum sakit     :
Saat sakit                        :
2)   BAK
                            Sebelum sakit     :
                            Saat sakit                        :
d.   Pola aktivitas dan latihan
1)   Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri
0
1
2
3
4
Makan dan minum





Mandi





Toileting





Berpakaian





Berpindah












0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

2)  Latihan
Sebelum sakit    :

    Saat sakit             :

e.       Pola kognitif dan Persepsi

f.       Pola Persepsi-Konsep diri

g.       Pola Tidur dan Istirahat
           Sebelum sakit             :

           Saat sakit                    :
h.      Pola Peran-Hubungan

i.       Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit                        :

Saat sakit                   :

j.        Pola Toleransi Stress-Koping
k.      Pola Nilai-Kepercayaan

4.       Pengkajian Fisik
a.       Keadaan umum : ……………………………………….
(Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma)
GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata :……………..
b.      Tanda-tanda Vital : Nadi =             ………            , Suhu =………….  , TD =…………, RR =………
c.       Keadaan fisik
a.      Kepala  dan leher       :
b.      Dada                          :
·   Paru

·   Jantung

c.       Payudara dan ketiak :

d.      abdomen        :
e.       Genetalia       :
f.       Integumen :
g.       Ekstremitas   :
·         Atas
·         Bawah

h.      Neurologis     :
·        Status mental dan emosi :
·         Pengkajian saraf kranial :
·         Pemeriksaan refleks :
b.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Data laboratorium yang berhubungan

2.      Pemeriksaan radiologi

3.      Hasil konsultasi

4.      Pemeriksaan penunjang diagnostic lain

Diagnosa yang dapat diangkat pada penyakit perikarditis adalah sebagai berikut:
1.    pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas;
2.    nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard;
3.    intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas;
4.    ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis);
5.    ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan;
6.    kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

        ANALISA DATA
3.3 Rencana Keperawatan


No
Diagnosa
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1
Dx 1

1.    Pasien menunjukkan pola nafas efektif. Dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya.
2.    Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu ditandai dengan indikator kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada, dan nafas pendek tidak ada.

1.    Posisikan pasien semi fowler.
2.    Pantau adanya pucat dan sianosis.
3.    Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
4.    Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
5.    Informasikan pada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi.
6.    Diskusikan menganai perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan  gejala komplikasi.
7.    Rujuk pada ahli pernafasan

1.    Untuk membuka jalan napas pasien sehingga lebih muda untuk bernapas.
2.    Untuk mengetahui adanya tingkat keparahan sesak napas.
3.    Membantu menentukan dera jat dekompensasi jantung dan  pulmonal.
4.    Untuk mengetahui respon individu terhadap penyakit sesak napas yang dirasakan.
5.    Untuk meringankan tingkat kecemasan pada klien
6.    Agar pasien dan keluarga  dapat melakukan perawatan secara mandiri dengan baik
7. Agar pasien mendapat pelayanan perawatan yang maksimal yaitu untuk memastikan keadaan fungsi ventilator mekanis.





2.
Dx 2
Pasien mampu menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indicator pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan.
1.    Jelaskan pada pasien penyebab nyeri.
2.    Lakukan teknik non farmakologi (relaksasi).
3.    Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima.
4.    Tingkatkan istirahat atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri.

1.    Penjelasan pada pasien mengenai penyebab nyeri, dapat digunakan sebagai pendidikan kesehatan sehingga pasien mampu mengatasi nyeri secara mandiri.
2.    Pemberian teknik non farmakologi dapat mengurangi rasa nyeri, baik dari segi fisik maupun emosional pasien.
3.    Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien, serta agar dapat menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien
4.    Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien





3.
Dx 3.
Pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas dengan ditandai pasien dapat menghemat energi (menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat), dan melakukan aktivitas sehari-hari.

1.        Kaji respon emosi, sosial dan spiritual pasien.
2.        Tentukan penyebab keletihan pasien.
3.        Pantau respon cardiorespiratory terhadap aktivitas.
4.        Pantau asupan nutrisi pasien.
5.        Ajarkan mengenai pengaturan penggunaan energy
6.        Ajarkan teknik relaksasi.
7.        Elaborasi dengan tim dokter dan farmasi dengan memberikan obat nyeri pada saat sebelum beraktivitas.


1.      Koping emosional diakibatkan oleh potensial penyakit yang mengancam hidup. Dorongan dan dukungan akan diperlukan untuk mengatasi frustasi terhadap tinggal tinggal di rumah sakit yang lama.
2.      Untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan agar keletihan tersebut dapat teratasi.
3.      Hh
4.      Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
5.      memastikan keadekuatan sumber energi
6.      Untuk mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
7.      Untuk mengoptimalkan perawatan pasien yaitu dengan pemberian dosis dan takaran yangbenar.



4.
Dx 4

Pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan, dibuktikan dengan idikator pasien dapat menghindari sumber ketakutan bila mungkin, dapat mengendalikan respon ketakutan, dan melaporkan penurunan durasi pada setiap episode.

1.    Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit, pemeriksaan dan pengobatan.
2.    Kaji respon ketakutan pasien baik secara subjektif maupun objektif.
3.    Nilai pemahaman pasien terkait dengan proses penyakit.
4.    Kaji kebutuhan pasien akan layanan sosial atau intervensi psikiatrik.
5.    Diskusikan dnegan dokter terkait ketakutan paasien.
6.    Lakukan penguatan positif baik verbal maupun non verbal pada pasien.
7.    Dampingi pasien dalam situasi yang baru.
8.    Jauhkan sumber ketakutan pasien apabila memungkinkan.
9.    Libatkan peran keluarga untuk mengurangi ketakutan pasien.
10.    Lakukan pendekatan pada pasien untuk pengungkapan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal.
1.    Agar pasien dapat memahami tentang penyakit yang diderita sehingga dapat menurunkan tingkat ketakutan pasien
2.    Untuk mengetahui tingkat ketakutan yang dialami oleh pasien
3.    Untuk mengetahui seberapa jauh pasien memahami tentang penyakit yang di deritanya
4.    Agar perawat dapat mengetahui perlu atau tidaknya pasien diberikan intervensi psikiatrik
5.    Agar ketakutan pasien dapatdiatasi dengan cepat
6.    Untuk mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien dan meningkatkan perasaan tenang dan pemikiran positif
7.      Agar pasien merasa tidak ketakutan dengan situasi baru tersebut
8.    Untuk mengurangi tingkat ketakutan yang dialami pasien
9.    Agar pasien merasa mendapatkan perlindungan sehingga ketakutan pasien dapat teratasi
10.Agar pasien terbuka dan mengungkapkan semua pera saan yang dirasakannya. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat menurunkan tingkat ketakutan pada pasien akibat stimulus pobia.


5.
Dx 5
Pasien menunjukkan status gizi (asupan makanan, cairan, dan zat gizi) baik dengan indikator nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.

1.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan pasien.
2.    Timbang berat badan dan tinggi badan pasien.
3.    Ajarkan pada pasien atau keluarga mengenai makanan yang bergizi dan murah.
4.    Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
5.    Berikan lingkungan yang naymana pada saat pasien makan.
6.   Atur posisi pasien semi fowler atau fowler
7.    Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein.
8.    Diskusikan dengan dokter mengenai kebutuhan stimulasi nafsu makan.

1.      Untuk mengetahui kea daan nutrisi pasien  saat ini
2.      Untuk mengetahui adanya penurunan atau penam  bahan berat badan pada pasien sehingga perawat mengetahui adanya penu runan atau peningkatan statusnutrisi pasien.
3.      Dengan mngajarkan kepada keluarga atau pasien, maka mereka akan tahu makanan apa saja yang bergizi dan nantinya diharapkan ketika dirumah mereka dapat mengaplikasikannya sehingga nutrisi pasien terpenuhi.
4.      Agar terjadi peningkatan status nutrisi pada pasien
5.      Untuk meningkatkan nafsu makan pasien sehingga kebutuhan nutrisi akan terpenuhi denganbaik
6.      untuk memudahkan menelan dan berikan posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi.
7.      Agar pasien mendapatkan pelayanan yang lebih baik sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
8.      Agar kebutuhannutisi pasien dapat terpenuhi dengan baik.



6.
Dx 6
Pasien menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis yang dibuktikan dengan pemahaman penjelasan mengenai penyakit dan pelaksanaan aktivitas untuk mencegahan diri.
1.    Kaji umpan balik pasien
2.    Berikan informasi me ngenai penyakit peri karditis.
3.    Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien mengenai perikarditis.
4.    Berinteraksi pada pasien dengan cara tidak menghakimi untuk memfasilitasi pemberian informasi
1.    Untuk memastikan pasien memahami penyakit dan penanganannya secara mandiri
2.    Agar pasien dapat lebih memahami penyebab khusus,pengobatan, efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukkan kekambuhan/ komplikasi
3.    Agar perawat mengetahui tindakan yang harus dilakukan terkait dengan tingkat pengetahuan palsien
4.    Agar pasien merasa nyaman saat berinteraksi dan mengutarakan pertanyaan tentang penyakit yang diderita























3.4 EVALUASI KEPERAWATAN
       Adapun evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.        pola nafas pasien efektif, dengan pasien menunjukkan pasien mudah berbafas, tidak menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas tambahan;
2.        nyeri kronis pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan;
3.        intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas sehari-hari;
4.        ketakutan pasien teratasi, dengan pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan;
5.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, dengan pasien menunjukkan status gizi baik.;
6.        kurangnya pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis.

3.5 Discharge planing
Setelah diberikan perawatan, pasien dapat direncanakan untuk pemulangan apabila:
1.      nyeri hilang/terkontrol;
2.      mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk memnuhi kebutuhan perawatan mandiri;
3.      infeksi teratasi/terkontrol;
4.      stabilitas hemodinamik dipertahankan;
5.      perubahan gaya hidup dilakukan untuk mencegah kekambuhan.




BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral. Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis  kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Penyebab dari ketiga jenis perikarditis tersebut berbeda-beda. Penyebab dari perikarditis akut yaitu Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit). Sedangkan penyebab perikarditis kronis yaitu operasi jantung sebelumnya, radiasi dada, pasca infark yang luas, sarkoidosis, trauma dada, infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis). Kemudian penyebab dari perikarditis kronis konstriktif yaitu Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera kardiak. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan  dari ketiga jenis perikarditis tersebut hampir sama yaitu dengan melakukan pemeriksaan EKG, kateterisasi jantung, dan MRI scan atau CT scan.

4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dalam makalah ini, diharapkan perawat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit perikarditis. Sehinggga dapat mencegah atau melakukan pengobatan penyakit tersebut dengan cepat da tepat. Sedangkan bagi para pembaca, dapat memeberi pengetahuan tentang penyakit tersebut dan mencegah meluasnya penyakit tersebut.
           






DAFTAR PUSTAKA
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta : EGC.

Sidney,Darren. 2012. Constrictive pericarditis .(http://emedicine.medscape.com/article/157096-overview). Diakses tanggal 12 November 2012 pukul 7:57 WIB.

Sudoyo, Aru W.,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.